BUDI DAYA IKAN ALIGATOR
A. ASAL USUL IKAN ALIGATOR
Ikan aligator termasuk ikan purba. Bersama dengan Amia calva, aligator di kenal sebagai 2 kelompok ikan Holostei yang berhasil hidup mencapai zaman modern ini. Ikan tersebut mencapai puncaknya pada periode jurassic sampai engan awal periode kereta.menurut catatan fosil, ikan aligator yang hidup sekarang sangat mirip dengan nenek moyangnya yang hidup 75 juta tahun yang lalu. Salah satu penyebab spesies ikan tersebut dapat bertahan hidup sampai zaman modern ini adalah kemampuannya bernafas di air dan di udara.
Ikan aligator bukan asli Indonesia, tetapi berasal dari benua amerika. Saat ini secara alamiah, ikan buaya dapat di jumpai di Amerika Utara dan Amerika Tengah. Namun, menurut catatan, fosil-fosilnya juga dapat di jumpai di Eropa, Afrika, dan India.
B. MENGENAL SOSOK IKAN ALIGATOR
Ikan Aligator merupakan ikan hias tergolong unik dalam banyak hal ikan ini memiliki bentuk tubuh silindris memanjang menyerupai terpedo. Sirip punggung dan sirik dubur aligator terletak pada bagian belakang tubuh pada posisi hampir berlawanan. Mulutnya bermoncong panjamg, mirip buaya. Oleh karena itu, ikan ini disebut ikan buaya. Ikan yang bergigi tajam ini dilindungi sisik yang berfungsi sebagai perisai. Sisiknya merupakan ganoid berbentuk intan yang saling bertaut.
Ikan aligator umumnya berwarna coklat atau kehijauan pada bagian atas tubuhnya. Namun, pada beberapa jenis memiliki totol berwarna hitam. Bagian bawah tubuhnya, yaiyu daerah perut,berwarna agak terang. Warna daging aligator kemerahan, sedangkan telur kehitaman. Ikan aligator jantan memiliki testis, sedangkan betina memiliki ovarium selain itu, ikan tersebut memiliki jantung,hati,ginjal,dan saluran pencernaan. Pada ikan betina, hati penting dalam pembentukan bakal kuning telur. Ikan aligator sukatr dibedakan antara jantan dengan betina. Perbedaannya akan terlihat bila sudah mencapai kematangan zonat.
C. KLASIFIKASI
Ikan aligator memiliki genus yang mampu bertahan hidup, yaitu Atractosteus dan lepisosteus. Kedua genus tersebut terdiri dari tujuh spesies. Tiga spesies merupakan anggota genus Atractosteus, yaitu aligator gar (Atractosteus spatula), cuban gar (Atractosteus tristoechus), dan tropical gar (Atractosteus tropicus). Sementara genus lepisosteus memiliki empat spesies, yaitu shortnose gar (Lepisosteus platostomos), longnose gar (Lepisosteus oculatus), florida spotted gar (Lepisosteus platyrhynchus).
D. KEMATANGAN GONAD
Kematangan gonad ikan alligator memerlukan waktu yang cukup lama dan biasanya dicapai setelah setelah ikan berukuran besar. Kematangan gonad ditandai dengan peningkatan indeks gonadosomatik (IGS), yaitu perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh yang dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tinggi tingkat kematangan gonad seekor betina, semakin tinggi pula nilai indeks gonadosomatik. Hal ini ditandai dengan semakin besarnya perut induk betina.
Induk betina yang sudah benar-benar matang gonad, perutnya membesar samapi ke arah anus. Induk betina yang sudah siap memijah akan memiliki warna urogenital yang merah. Sementara jantan yang sudah mencapai kematangan gonad, biasanya diurut dari bagian dada kea rah ujung ekor akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Tanda inilah dapat digunakan untuk membedakan antara induk jantan dan betina dengan mudah.
E. SARANA PEMIJAHAN
Adapun sarana pemijahan yang digunakan berupa wadah dan alat pemijahan.
a. Wadah pemijahan
Kepadatan di kolam induk umumnya 1 ekor /2 m2. Oleh karena itu. Pemijahan biasanya dilakukan di akuarium berukuran 120 cm x 60 cm x 50 cm. Akuarium tersebut dapat diisi dengan seekor induk betina berukuran 50 cm dan 3 ekor induk jsntsn berukursn lebih kecil. Sementara untuk akuarium yang berukuran 200 cm x 70 cm x 70 cm, dapat dipelihara sebanyak 2 ekor induk betina dan 4 ekor induk jantan.
b. Alat pemijahan
Peralatan pemijahan yang digunakan untuk kelengkapan pemijahan di antaranya plastik hitam, serokan, ember, baskom dan tali rafia.
F. SELEKSI INDUK
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina harus dipuaskan (diberok) terlebih dahulu dan diadaptasikan terhadap lingkungan yang baru. Pemuasan dan adaptasi tersebut dapat mengurangi stres dan meningkatkan sensivitas hormon. Induk perlu diberi pakan yang teratur dan beragam jenisnya agar diperoleh gizi yang seimbang.
Kepadatan ikan di dalam suatu wadah dapat memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan. Kepadatan yang rendah agak kurang baik karena akan mudah mengalami stres. Pada pemeliharaan calon induk di kolam yang permukaannya relatif luas, aerasi tidak diperlukan asal pergantian air bagus. Bila pemeliharaan dilakukan di akuarium dengan permukaan terbatas, kepadatan penebaran relatif tinggi, dan pergantian air kontinu maka sebaiknya aerasi diberikan.
G. PEMIJAHAN BUATAN
Ikan alligator tidak dapat dibiakkan secara alaimiah di dalam wadah budi daya. Oleh karena itu, digunakan cara lain dalam pengembangbiakannya , yaitu dengan hormon. Pengembangbiakan ini biasa disebut kawin suntik atau kawin rangsang (induced breeding).
a. Penyuntikan hormon
Beberapa praktisi akuakultur sudah berhasil membiakan ikan aligator sejak beberapa tahun lalu. Hormon yang pernah digunakan bermacam-macam, mulai dari hipofisis ikan mas, HCG, sampai Humogen. Akan tetapi tampaknya paling cocok ialah oviprim berisi a-LHRH dan antidopamin. Penyuntikan dilakukan dua kali. Suntikan pertama diberikan sebanyak 30% dari dosis dan suntikan kedua diberikan sebanyak 70% . Suntikan pertama bertujuan untuk menyeragamkan pematangan, sedangkan suntikan kedua untuk mendorong ovulasi. Suntikan pertama dikenal sebagai prepatory injection (suntikan persiapan) dan suntikan kedua dikenal sebagai decisive injection (suntikan penentu). Adapun rentan waktu antara suntikan pertama dengan suntikan kedua adalah 13 jam, tergantung suhu air. Pada suhu yang tinggi, rentan waktu tersebut diperpendek menjadi 8-10 jam.
b. Cara pemijahan
Ovulasi pemijahan sudah dapat terjadi pada tujuh jam setelah penyuntikan kedua. Tingkah laku pemijahan dialam pada prinsipnya sama untuk ikan buaya. Pertama seekor betina yang berukuran besar dan siap memijah akan menyelinap masuk ke dalam kumpulan jantan dan membentuk kelompok kecil. Induk jantan kemudian mendekati betina dan mendorongnya memijah dengan merangsang ujung hidungnya. Setelah itu, betina memisahkan diri dari kelompoknya untuk meletakkan telur. Proses pemijahan tersebut berlansung dengan mengeluarkan suara percikan dan bunyi kapakan sirip di air.
H. INKUBASI DAN PENETASAN
Inkubasi dan penetasan dilakukan didalam akuarium terpisah. Penetasan telur ikan buaya berlangsung lama. Biasanya telur menetas dalam 6=-8 hari setelah pemijahan. Ujung ekor tampak mulai mencuat pada hari kedua, tetapi penetasan yang sempurna baru terjadi padea 6-7 hari setelah penetasan. Selanjutnya, telur yang telah menjadi larva menghabiskan kuning telur selama seminggu. Setelah itu, larva mulai memakan pakan yang berasal dari luar tubuhnya. Setelah menetas, larva menempel ke tanaman air dengan alat seperti cakram pada ujung moncongnya sampai berukuran panjang tiga per empat inci. Organ tersebut kemudian menghilang ketika ikan tumbuh dewasa.
I. PERAWATAN LARVA
Setelah embrio menetas seluruhnya menjadi larva, dilakukan pergantian air. Air yang digunakan harus sudah berada di dalam tandon selama 24 jam dan diaerasi. Tujuannya agar air pengganti memiliki kualitas yang sama dengan media hidup larva.
Untuk pemeliharaan 40 ekor ikan aligator sampai berukuran 1 inci, digunakan akuarium berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm. bila ukuran ikan telah mencapai 2 inci, akuarium yang sama masih dapat digunakan dengan kepadatan 20 ekor per akuarium. Namun, bila ikan alligator berukuran 3 inci, jumlah ikan alligator dalam akuarium sebaiknya hanya 15 ekor. Setelah lewat dari 4 inci, pemeliharaan sebaiknya dilakukan di dalam bak berukuran besar atau di kolam pemeliharaan yang banyak pakan alaminya.
Perawatan larva ikan alligator harus dilakukan dengan seksama karena larva masih berukuran kecil dan kondisinya masih lemah. Walaupun ikan buaya yang berukuran besar memiliki alat pernapasan tambahan, ikan buaya yang berukuran larva sampai 3 inci masih memerlukan aerasi, ikan akan lemah, mudah mengalami stress, kemudian akan mati. Perkembangan alat pernapasan tambahan pada ikan alligator merupakan salah satu faktor yang perlu diteliti dalam dunia budidaya ikan.
Pemberian artemia dilakukan sampai larva berumur seminggu. Larva ikan alligator berukuran besar sehingga harus diberi kutu air (Daphnia Sp). Pemberian larva ikan harus diselingi dengan cacing. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya karna harga cacing jauh lebih murah dari harga larva ikan.
Meskipun ikan alligator tergolong ikan yang tahan terhadap lingkungan yang buruk, pergantian air harus tetap dilakukan. Tujuannya agar air pengganti memiliki kualitas yang sama dengan media hidup anak ikan dan frekuensi pergantian air bergantung pada jenis dan jumlah pakan yang digunakan.
J. SARANA DAN PERAWATAN
Ada tiga komponen dalam budi daya yang perlu diperhatikan, yaitu wadah budi daya, organisme budi daya, dan lingkungan budi daya. Ketiga komponen ini terkait satu sama lainnya.
1. Wadah
Ukuran ikan alligator besar dalam pemeliharaannya diperlukan wadah yang berukuran besar pula. Ukuran wadah, terutama bila menggunakan akuarium, harus disesuaikan dengan panjang ikan. Meskipun tergolong karnivora, ikan buaya dapat dipelihara pada kepadatan yang relatif tinggi. Ikan buaya ternyata dapat hidup damai dengan sesamanya di dalam ruang yang sempit karena tidak memiliki teritori khusus.
Pemeliharaan ikan buaya dapat dilakukan pada berbagai wadah budi daya seperti kolam, bak semen, tangki fiber, atau akuarium.
a. Kolam
Pemeliharaan kolam biasanya dilakukan untuk pembesaran atau untuk pemeliharaan induk atau calon induk. Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah atau kolam yang pinggirnya di tembok. Bila menggunakan kolam tanah, pinggir kolam harus diusahakan bersih dari rumput. Karena, rumput tersebut dapat digunakan sebagai tempat persembunyian predator.
b. Tangki fiber
Tangki fiber yang digunakan dapat berbentuk bulat, empat persegi panjang, atau bujur sangkar. Volume yang tersedia berkisar mulai dari satu ton, dua ton, dean seterusnya. Salah satu hal yang diperhatikan dalam peletakan tangki fiber adalah dasarnya harus rata dan bebas dari batu-batu atau kerikil tajam. Hal tersebut penting dilakukan agar tangki tidak bocor.
c. Bak beton
Bak beton dapat berbentuk bulat, empat persegi panjang, atau bulat, sesuai dengan kebutuhan. Adapun kelemahan dari bak beton adalah posisinya tetap di suatu tempat dan tidak dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan.
d. Akuarium
Besar akuarium yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan ikan yang dipelihara. Volume juga disesuaikan dengan ketebalan kaca dan ukuran ikan. Untuk volume sampai dengan 150 liter, dapat digunakan kaca dengan ketebalan 5 mm. sementara volume air hingga 200 liter sebaiknya digunakan kaca dengan ketebalan 6 mm. Lebih dari volume air tersebut harus digunakan kaca dengan ketebalan 10-12 mm. semakin besar ukuran ikan maka ketebalan kaca yang digunakan semakin tebal.
2. Filter
Filter adalah alat yang digunakan sebagai penyaring kotoran agar air dalam wadah budi daya bersih. Bila digunakan kolam maka filter cukup berupa saringan sebagai penyaring sampah dan kotoran lainnya. Filter yang baik sebaiknya memenuhi syarat, yaitu mudah digunakan, mudah dirawat, berdaya guna tinggi, dan murah. Selain itu, volume filter yang digunakan harus sesuai dengan volume budi daya.
K. KONDISI LINGKUNGAN
Habitat alamiah ikan alligator membentang dari daerah tropis ampai dengan subtropis, bergantung pada jenisnya.
1. Suhu
Berbeda halnya dengan hewan berdarah panas yang mempertahankan suhu tubuhnya, ikan adalah hewan yang bersifat poikilotermal. Pada hewan semacam ini, suhu tubuhnya selalu berubah mengikuti suhu air tempat hidupnya. Aktivitas metabolisme ikan sebanding langsung dengan suhu air.
Bila terjadi perubahan suhu mendadak, ikan alligator akan cenderung diam dan enggan bergerak. Selain pergerakan yang menurun, ikan biasanya kurang berselera untuk makan. Kondisi yang sama juuuga dipicu oleh kualitas air yang buruk, seperti kadar amonia yang terlalu tinggi.
2. Kualitas air
Ikan alligator memiliki toleransi yang sangat besar terhadap penurunan kualitas air. Meskipun demikian, salah satu parameter kualitas air yang perlu mendapat perhatian adalah kandungan amonia air, terutama bila ikan dipelihara dengan sistem resirkulasi. Ikan alligator umumnya tahan terhadap kualitas air. Meskipun demikian, pergantian air sebaiknya dilakukan setiap sepuluh hari sekali sebanyak sepertiga dari volume total. Selain itu, perawatan lainnya pun sebaiknya terjadwal. Ikan yang terawat kualitas airnya memiliki selera makan, warna tubuh, dan tingkah laku yang baik.
L. PEMBERIAN PAKAN
a. Jenis Pakan
Pada dasarnya pakan ikan dapat dikelompokkan menjadi pakan kesukaan (preference food) dan pakan darurat (emergence food). Pakan kesukaan adalah pakan yang biasa dimakan ikan di alam. Pakan darurat adalah pakan yang dimakan oleh ikan apabila ikan tersebut tidak memiliki pilihan pakan kesukaannya.
b. Ukuran Pakan
Saat ini jenis pakan yang biasa diberikan untuk ikan alligator adalah pakan hidup berupa ikan berukuran kecil. Ukuran ikan sebagai pakan harus disesuaikan dengan ukuran ikan. Bila ukuran pakan terlampau besar, ikan tidak dapat menelannya. Biasanya pakan terlalu besar tersebut hanya ditangkap dan dimatikan, tetapi tidak dimakan.
c. Jumlah Pakan
Ikan alligator adalah ikan buas yang memiliki pola makan yang khas. Ikan ini biasanya makan sekenyangnya, kemudian istirahat. Oleh karena itu, ikan ini tidak perlu diberi pakan 3 kali sehari seperti halnya ikan mas. Ikan ini menyukai pakan yang berada di permukaan. Bila perutnya besar, pertanda ikan mau memakan pakan yang diberikan.
d. Cara Makan
Ikan alligator akan menelan mangsanya dengan kepala terlebih dahulu. Bila yang tertangkap ekor terlebih dahulu maka dengan terampil ikan ini akan memutar mangsanya dengan lidahnya sehingga kepala masuk terlebih dahulu. Dengan demikian mangsanya mudah ditelan.
M. GANGGUAN PENYAKIT
Gangguan penyakit adalah hal yang tidak diinginkan oleh peternak ikan. dapat dibayangkan, bila jerih payah memelihara selama beberapa bulan habis dalam sehari oleh penyakit. Penyakit umumnya timbul setelah ikan mengalami stress. Agar ikan sehat, sebaiknya hindari stress pada ikan peliharaan.
1. Stress
Secara sederhana stress dapat dikatakan sebagai suatu kondisi saat ikan mengalami tekanan secara fisiologis. Adapun penyebab ikan stress bermacam-macam, seperti penanganan ikan secara kasar, kondisi lingkungan buruk, adanya ikan lain yang agresif, dan sebagainya. Bila tingkat stress yang dialami ringan, ikan dapat pulih kembali. Namun bila tingkat stress yang dialami terlampau berat, ikan tidak dapat menahannya dan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
2. Penyakit
Adapun penyakit yang sering menyerang ikan alligator diantaranya disebabkan oleh cacing jangkar dan jamur.
a. Cacing jangkar (Lernea)
Walaupun disebut cacing jangkar, parasit ini sebernarnya disebabkan oleh sejenis udang renik dari kelas kopepoda. Serangan ditandai dengan adanya sosok cacing jangkar yang menempel pada badan ikan. jenis cacing jangkar betina dapat dikenali dengan mudah karena menempel di permukaan kulit ikan. ukuran cacing tersebut dapat mencapai 10 mm.
Serangan cacing jangkar lebih banyak terjadi pada ikan yang dipelihara di kolam, terutama kolam dengan pergantian air yang buruk. Penyebabnya adalah adanya ikan pembawa parasit cacing jangkar adalah ikan seribu. Cacing jangkar dapat menyerang seluruh permukaan tubuh. Parasit ini dapat dijumpai di badan, sirip, insang, dan bahkan mata ikan. Cacing jangkar tersebut membenamkan bagian kepalanya yang berbentuk jangkar ke dalam tubuh jaringan ikan. selanjutnya, ikan yang ditempeli cacing jangkar akan menggosokkan bagian tubuhnya ke suatu permukaan. Akibatnya, pada bagian kulit yang terserang akan berwarna merah dan terbentuk benang putih kehijauan yang merupakan reaksi inflamasi dari daerah yang terserang.
Untuk ikan yang telah terserang, pengobatan dapat dilakukan secara manual. Ikan yang terserang cacing jangkar tersebut diangkat, lalu ditempatkan pada kain yang lembab. Cacing jangkar kemudian ditarik dengan pinset. Setelah itu, bekas luka dioles kapas yang telah dicelupkan anti bakteri seperti betadin, merkurokrom, dan sebagainya. Selanjutnya ikan dimasukkan di air bersih pada bak perawatan agar tidak terinfeksi oleh bakteri.
b. Jamur (Saprolegnia)
Saprolegnia adalah sejenis jamur yang paling sering menyerang ikan dan telur ikan yang sedang ditetaskan. Adanya serangan jamur ini ditandai dengan munculnya serat-serat berwarna putih seperti kapas pada bagian permukaan telur atau tubuh ikan. Serangan saprolegnia biasanya muncul pada saat suhu rendah pada media budi daya banyak mengandung bahan organik. Penangannya harus segera. Bila tidak ditangani secara seksama, serangan jamur dapat menjalar ke seluruh permukaan tubuh seperti sirip, mulut, mata, dan insang. Penyerangan jamur dapat secara cepat sehingga dalam beberapa jam seluruh telur dapat terinfeksi.
Serangan jamur dapat dicegah dengan pemberian metilen biru seminggu sekali dengan dosis 2 ppm. Untuk pengobatan ikan yang terkena serangan diambil dari akuarium. Ikan akan mampu bertahan di luar air selama 1-2 menit. Selanjutnya, jamur pada bagian tubuh ikan dioles dengan kapas yang telah dibasahi metilen biru, betadin, atau merkuokrom. Setelah diobati, ikan yang sakit dipisahkan di dalam wadah khusus sampai ikan tersebut sembuh. Untuk pengobatan pada ikan yang masih kecil dilakukan sama dengan pencegahan, yaitu dengan perendaman ikan di dalam 2 ppm metilen biru.
Artikel Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar