Rabu, 22 Januari 2014

Melatih branjangan dan sanma bertengger di alas batu

Burung branjangan, sanma, maupun pailing (bai ling) berasal dari keluarga yang sama, yaitu Alaudidae atau keluarga burung larks. Keluarga Alaudidae bukan termasuk burung tipe petengger. Di alam liar, mereka lebih sering berada di atas batu, atau di permukaan tanah. Meski demikian, keluarga Alaudidae tetap bisa nangkring di dahan / ranting pohon, meski cengkeramannya kurang sempurna. Karena itu, dalam pemeliharaan sehari-hari, kedua burung selalu menggunakan tenggeran ceper dari bebatuan. Jika Anda membeli burung baru, dan belum mau bertengger di alas batu, ikuti tips Om Kicau berikut ini.
Dari kiri ke kanan: Branjangan, Bai ling dan San ma
Dari kiri : branjangan, pailing, dan sanma
Salah satu penyebab branjangan dan sanma tidak mampu mencengkeram secara sempurna adalah anatomi bagian kakinya memang sedikit berbeda dari burung kicauan lainnya. Keluarga Alaudidae memiliki anatomi kaki yang mirip dengan ayam.
Jari-jari kakinya relatif lebih pendek daripada burung tipe petengger. Begitu juga dengan kuku-kukunya yang pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini menyebabkan cengkeraman kakinya pada dahan, ranting, atau cabang pohon tidak sesempurna burung tipe petenggar.
Kalau Anda perhatikan ayam nangkring di pagar, biasanya sering seperti hampir jatuh. Ya, seperti itulah kira-kira gambaran branjangan dan sanma di alam liar saat bertengger di cabang / ranting pohon. Branjangan, sanma, dan pailing juga memiliki cara berjalan di permukaan tanah yang sama seperti ayam.
Dengan memberikan kebutuhan sesuai dengan karakter dan kebiasaannya di alam liar, maka burung menjadi lebih nyaman, lebih mudah jinak, sehingga kelak juga bisa rajin berkicau. Itu sebabnya, keberadaan tenggeran ceper dari bahan batu hampir selalu digunakan para penggemar branjangan dan sanma.
Persoalannya, terkadang burung tak langsung mau beradaptasi dengan tenggeran buatan manusia. Jika Anda mengalami hal seperti ini, ada beberapa tips yang bisa diterapkan agar burung mau bertengger di tenggeran ceper atau alas batu.
Jika sudah mau menggunakan tenggeran tersebut, burung menjadi lebih cepat berbunyi, baik mulai ngeriwik dulu, ngeplong, hingga gacor. Kelak, jika sudah gacor, burung bisa berkicau sambil terbang vertikal atau biasa disebuthoovering.
1. Mengubah ketinggian alas bertengger
Pada umumnya, jika kita membeli sangkar baru,  ketinggian tenggeran ceper atau alas bertengger rata- rata 6 inci (sekitar 15 cm). Hal ini tentu menyulitkan burung yang akan dilatih, khususnya bakalan. Solusi terbaik adalah menurunkan ketinggian menjadi  3 – 4 inci (7,5 – 10 cm), dengan cara memotongnya.
Tetapi jika tidak ingin memotong  karena alasan tertentu, misalnya takut rusak atau alasan lainnya, cara yang bisa dilakukan adalah menambah tiang tenggeran di dalam sangkar, dengan ketinggian lebih rendah daripada tenggeran aslinya. Cara lainnya adalah memasang tenggeran berbentuk kotak yang diselipkan di jeruji sangkar dengan ketinggian yang berbeda.
Penempatan beberapa tenggeran dengan ketinggian bervariasi ini bisa merangsang burung untuk melompat dari tenggeran yang satu ke tenggeran lainnya, terutama dari tenggeran rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Penempatan alas untuk tenggeran yang bervariasi merangsang mereka untuk melompat ke tempat yang lebih tinggi
Penempatan tenggeran dalam sangkar dengan ketinggian bervariasi.
2. Penempatan tempat pakan
Penempatan tempat pakan yang ditinggikan atau di atas kepala burung bisa melatih branjangan atau sanma untuk sering mendaki. Hal ini juga melatih mereka untuk lebih sering melompat ke tenggeran batunya.
Penempatan wadah makan yang ditinggikan
Penempatan wadah pakan yang ditinggikan
3.  Memberi alas pasir dan penjemuran
Bagian dasar sangkar sanma maupun branjangan seringkali ditutupi pasir. Selain lebih mirip dengan habitat aslinya, alas pasir ini juga berfungsi sebagailitter untuk kotorannya.
Ketika burung yang berada dalam sangkar beralas pasir itu dijemur, otomatis pasir akan terasa lebih panas. Hal ini membuat burung enggan berada di dasar sangkar, sehingga akan lebih sering berada di tenggeran batu.  Dari terpaksa, lama-lama burung akan menjadi terbiasa.
Pasir yang panas memaksa mereka untuk bertengger di alas batunya
Pasir yang panas memaksa burung bertengger di alas batu.
4.  Menutupi jeruji bagian dasar  sangkar.
Sanma, pailing, dan branjangan termasuk burung yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka sering mengintip dari jeruji, dan hal ini bisa berlangsung sepanjang hari.
Bagi burung bakalan, tentu hal ini bisa mengganggu proses latihan berkicau atau bertenger di alas batu. Nah, cara terbaik untuk membatasi keingintahuan burung tersebut adalah menutupi jeruji bagian bawah sangkar dengan kertas koran atau lakban. Dengan demikian, mereka akan tertarik untuk melihat sekelilingnya dari atas alas batu atau tenggeran yang lain.
5. Latihan bertengger untuk trotolan
Untuk membiasakan sanma atau branjangan yang masih berusia trotolan agar mau bertengger di alas batu, Anda bisa melatihnya dalam sangkar khusus yang berukuran lebih kecil. Lihat gambar di bawah ini :
Sangkar kecil untuk melatih burung trotolan
Sangkar kecil untuk melatih burung trotolan
Itulah beberapa hal mendasar mengenai bagaimana melatih branjangan dan sanmar agar mau bertengger di atas alas batu. Jika burung sudah terbiasa, maka akan lebih cepat merangsang mereka untuk berbunyi. Yang tak kalah penting, berikan perawatan harian secara konsisten. Untuk memastikan burung selalu dalam kondisi fit, jangan lupakan multivitamin khusus burung, setidaknya tiga kali dalam seminggu.
Semoga bermanfaat.

sumber : http://omkicau.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar